Jumat, 23 Maret 2012

"Serangan" Tomcat: Jangan Berlebihan Menanggapi, Yuk Belajar Mengenalnya!


Tomcat (semut semai, kumbang rove) adalah sahabat petani
Tomcat. Nama yang akhir-akhir ini sering dibicarakan oleh sangat banyak orang. Menjadi bahasan utama dalam perbincangan kelas warung lesehan hingga komunitas ilmuwan. Semua membicarakan tentang serangan Tomcat ke pemukiman penduduk yang menyebabkan jatuh korban terluka akibat toksin (racun) yang dikeluarkan.
Sebenarnya apa sih Tomcat itu? Saya mencoba mencarai berbagai informasi tentang serangga bernama ilmiah Paederus littoralis ini. Tomcat merupakan bagian dari animalia atau hewan dalam filum Arthropoda atau hewan beruas-ruas (kepala, dada, perut). Tomcat masih satu kelas dengan semut, belalang, nyamuk dan insekta (serangga) lainnya. Tomcat masih satu keluarga besar kumbang dan termasuk serangga kuno (bukan berarti ketinggalan jaman), bahkan fosil Tomcat diketahui berasal dari jaman pemusnahan mahluk Bumi sekitar 200 juta tahun yang lalu. Wuih usianya ngalah-ngalahin manusia nih, jadi mereka sudah menghuni Bumi jauh sebelum manusia ada.
Ciri utama dari Tomcat secara fisik adalah bentuk tubuhnya yang panjang dengan warna kuning kecoklatan pada bagian dada (thorak) dan perut (abdomen) dengan kepala dan perut belakang berwarna hitam. Nama lain dari Tomcat adalah kumbang rove dan semut semai dan charlie (Hah?!). Tomcat berbeda dengan semut pada umumnya, jika semut pada umumnya menggigit (misalnya di kulit kita), namun Tomcat tidak. Namun justru Tomcat menjadi lebih berbahaya dari semut lainnya karena dia mengeluarkan toksin atau racun ketika bersentuhan dengan kulit, bahkan dia juga akan mengeluarkan racunnya di pakaian, handuk atau benda-benda lainnya. Racun bernama aederin yang memiliki rumus kimia C24H43O9N.

Toksin ini jika mengenai kulit (dermatitis) akan menyebabkan kulit seperti terbakar (dermatitis linearis). Seandainya ada Tomcat menempel di kulit kita, langkah pertama adalah jangan panik. Kita harus tenang, karena jika kita panik maka si Tomcat akan merasa terganggu, akibatnya racun yang dikeluarkan akan sangat banyak. Tomcat yang menempal di tangan jangan dipencet atau digepuk layaknya nyamuk atau semut biasa, pelan-pelan kita tiup hingga jatuh atau angkat secara perlahan menggunakan tangan yang sudah ditutupi plastik atau alat yang lain. Lalu kulit kita segera dibilas dengan air menggunakan sabun, ulangi hingga benar-benar yakin racunnya sudah hilang. Ingat jangan menggunakan odol, minyak tawon, balsam, minyak kayu putih dan bedak tabur tapi cukup dengan sabun! Pengobatannya menggunakan salep dan antibiotik. Biasanya hydrocortisone 1% atau salep betametasone dan antibiotik neomycin sulfat 3 x sehari atau salep Acyclovir 5%. Peradangan juga dapat diredakan dengan mengkompres bagian kulit yang terkena racun dengan air dingin.
Tomcat sejatinya adalah teman petani, karena habitat dia adalah di persawahan dan makanannya adalah musuh abadi petani, wereng! Namun karena lahan pertanian semakin berkurang, di samping penggunaan insektisida yang berlebih, akhirnya habitat Tomcat semakin terdesak, makanan utamanya menjadi jauh berkurang, apa yang terjadi? Si Tomcat akan mencari habitat lain untuk mempertahankan hidupnya. Karena dia aktif di malam hari dan suka tempat yang terang benderang, maka pemukiman manusia adalah jawabannya…jeng…jeng…jeng… Jika boleh dianalogikan, “serangan” Tomcat ini sama kasusnya dengan masuknya sekawanan gajah ke perkampungan karena habitat aslinya diambil oleh manusia, nah lho! Selain itu, populasi Tomcat yang meledak ini dikarenakan saat ini adalah musim hujan (Tomcat suka tempat lembab) yang berbarengan dengan musim panen, sehingga habitatnya terganggu.
Kita tidak perlu terlalu mengkhawatirkan “serangan” Tomcat ini. Untuk menghindari serangannya, dengan cara halaulah kumbang ini agar menjauh dari rumah dengan mematikan lampu, atau memungutnya secara hati-hati dengan kantong kertas dan lepaskan ke habitatnya (sawah atau tempat lembab lainnya). Lagipula ini bukan kejadian pertama kali dan luar biasa, tercatat beberapa kali dilaporkan seperti di Okinawa-Jepang (1966), Iran (2001), Sri Lanka (2002), Pulau Pinang- Malaysia (2004 dan 2007), India Selatan (2007), dan Iraq (2008) pernah ada “serangan” Tomcat seperti halnya di Surabaya.
Serangan Tomcat ini hanyalah temporari bukan permanen, jadi jangan sampai bereaksi secara berlebihan, toh “jasa” mereka sehari-hari bagi petani sangat besar.
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Habis baca jangan lupa dikoment ya...
Makasih :)